A.
Prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip
komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang
beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi.
Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi.
Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi.
B. Prinsip-Prinsip Komunikasi
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan
sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
a.
Prinsip
1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi
adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu
titik, tetapi terus berkelanjutan. Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti
dikatakan oleh Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan
lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassier mengatakan bahwa
keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka
sebagai animal symbolicum.
Lambang
atau simbol adalah ssuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama,
misalnya memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau
kecintaan kepada negara. Kemampuan manusia menggunakan lambnag verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan
objek ( baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang
adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga
direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang
menyerupai apa yang direpresenasikannya. Representasi ini ditandai dengan
kemiripan. Misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto pada KTP
Anda adalah ikon Anda.
Berbeda
denfan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah mempresentasikan
objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal),
yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks
muncul berdasarkan hubunagn antara sebab dan akibat yang punya kedekatan
eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan
asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya,
seperti dalam dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena
maknanya telah disepakati bersama.
b.
Prinsip
2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap
orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah
(komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate).
Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komuniaksi. Alih-alih, komunikasi terjadi
bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah
Anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk
berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan.
Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan
ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan
diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan
banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu,
segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak perduli, marah, atau bahkan sebagai malas
atau bodoh.
c.
Prinsip
3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap
pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita
bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan
proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan
mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi
isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “Aku benci kamu” yang
diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru berarti sebaliknya.
Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi
hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang
digunakan untuk menyampaiakn pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel
dalam surat kabar misalnya, bukan hanya bergantung pada isinya, namun juga
siapa penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna
tulisan dan sebagainya. Pesan yang sama dapat menimbulkan pengaruh berbeda bila
disampaikan orang berbeda. Biasanya artikel yang ditulis orang yang sudah
dikenal akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan orang
yang belum dikenal. Bila dimengerti maka redaktur surat kabar atau majalh akan
lebih memprioritaskan tulisan orang-orang yang sudah dikenal sebelumnya.
d.
Prinsip
4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai).
Kesengajaan
bukanlah syarat untuk terjadinya komuniaksi. Meskipun kita sama sekali tidak
bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial
ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk
menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai
proses yang disengaja adalah menganggap komuniaksi sebagai instrumen seperti
dalam persuasi.
Naiat atau
kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam
komunikasi antara orang-orang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini
lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak kesalahpahaman antarbudaya
sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak disengaja yang
dipersepsi, ditafsirkan, dan direspons oleh orang lain dari budaya lain.
Misalkan dalam tindakan menyentuh wanita di Arab Saudi yang diperkenalkan
kepada Anda, yang sebenarnya tidak Anda sengaja, dapat menyampaiakn pesan
negatif yang menghambat pertemuan tersebut.
e.
Prinsip
5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Makna pesan juga bergantung pada
konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan
sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapkan
di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara
televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila
dikemukakan dimasjid.
Waktu juga mempengaruhi makna
terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan
dipersepsi lain bila dibandingkan dengan dering telpon pada siang hari.Dering
telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat) , misalnya untuk
mengbarkan orang sakit, kecelakaan atau meninggal dunia atau upaya orang jahat
untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak.
f.
Prinsip
6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika
kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas
dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas
sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam
melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang berkomunikasi,
mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi
juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi
tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons.
Prediksi ini tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
g.
Prinsip
7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri
setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Setiap
individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Organ-organ
dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan pada mata dapat membuat kepala
kita pusing. Bahkan unsur diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan
dengan unsur kita yang bersifat rohani. Kemarahan membuat jantung kita berdetak
lebih cepat dan berkeringat. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam
transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal.
Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam
berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat,setempat, kelompok suku,
kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan
sebagainya).
Berbeda
dengan sistem internal, sistem eksteernal terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan,
cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang
terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.
h.
Prinsip
8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama,
maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak
pernah ada dua manusia yang persis sama, meskupun mereka kembar yang dilahirkan
dan diasuh dalam keluarga yangsama, diberi makanan yang sama dan di didik
dengan cara yang sama. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong
orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
i.
Prinsip
9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses
komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima
dan dimengerti.
j.
Prinsip
10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi
dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
k.
Prinsip
11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap
orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa
terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak
dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
l.
Prinsip
12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti
bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan
oleh masaalh komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujrab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau persoalan
tersebut mungkin berkaitan denagn masalah struktural.
B. Prinsip-Prinsip
Komunikasi Efektif
a.
Prinsip
pertama : respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang akan
menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia
harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan
orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati
akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat
meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam
sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap individu
adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia
yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak
tangannya. Selain itu penghargaan yang tulus terhadap individu dapat
membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik.
Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid maka akan
dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi
sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
b. Prinsip kedua: emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain
terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan
dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan
memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan mengerti
keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses
belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan
pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan
kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologi atau penolakan dari penerima.
c.
Prinsip
ketiga: audible
Prinsip audible
berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan
prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah
menjamin bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan
dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan
melalui media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat
membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
murid.
d. Prinsip keempat: clarity
Prinsip clarity adalah
kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparasi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak
ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap
saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa
dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan
menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan
mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
e. Prinsip kelima: Humble
Prinsip kelima dalam membangun
komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati
merupakan suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia
merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran
terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga
pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan
mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari
proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan
mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang
efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas
pesan atau materi belajar.[3]
No comments:
Post a Comment